Selasa, 24 November 2009
KRI CAKRA
Galangan kapal terkemuka Korea Selatan Daewoo telah merampungkan tugasnya dalam mengembalikan kemampuan tempur KRI Cakra, salah satu kapal selam buatan Jerman yang dimiliki TNI AL dan segera dilayarkan kembali ke perairan yang menjadi medan pengabdiannya.
Kehadiran KRI Cakra yang bernomor lambung 401 pada tanggal 19 Maret 1981 seolah menuntaskan dahaga TNI AL akan kebutuhan kapal selam disel elektrik moderen sebagai pengganti armada kapal selam klas Whiskey buatan Uni Sovyet yang satu demi satu harus dibesituakan karena ketiadaan suku cadang senagai imbas putusnya hubungan diplomatik dengan negara pembuatnya pasca pemberontakan Komunis 1965. Pilihan Indonesia pada kapal selam buatan industri Howaldt Deutsche Werke (HDW), Kiel ini sesuai dengan tuntutan strategis akan kebutuhan sosok kapal selam berkemampuan jelajah samudera dengan kelengkapan sensor dan senjata yang modern serta cocok dioperasikan di perairan tropis. Sampai tahun 1980 HDW telah memasarkan kapal selam klas 209 dengan berbagai variannya sebanyak 22 unit ke delapan negara Eropa dan Amerika Selatan tanpa terjadi komplain oleh negara pemakainya. Sampai tahun 2006 ini U-209 menjadi kapal selam paling laris di dunia dengan jumlah 64 unit dan dioperasikan oleh 14 negara di Eropa (3 negara), Amerika Latin (7 negara), Asia (3 negara)dan Afrika (1 negara).
Keberhasilan ekspor kapal selam generasi ketiga Jerman ini tidak dapat dilepaskan dari tampilan teknologi yang lebih maju dari kapal selam disel elektrik sebelumnya seperti klas Whiskey buatan Rusia dan seangkatannya seperti klas Oberon buatan Inggris disertai manajemen penjualan yang user oriented . Kemajuan teknologi kapal ini terletak pada rancang bangun kapal, sistem penggerak,sensor dan senjata. Kemajuan rancang bangun mencakup struktur lambung monohull, desain kapal yang streamline, dan bahan lambung yang terbuat dari baja non magnetik. Rancang bangun ini memungkinkan kapal selam ini bermanuver secara lincah di dasar laut disertai dengan kemampuan mereduksi pantulan sonar. Kapal � kapal selam disel elektrik saat ini meniru rancang bangun U-209 ini.
Sistem penggerak pada kapal ini dirancang untuk mampu mendorong kapal selam lebih cepat melaju di bawah air dalam endurance di bawah permukaan yang lebih tinggi. Sepertiga bagian dari isi kapal selam ini dipenuhi oleh sistem pendorong yang berupa satu mesin pendorong, empat mesim disel, dan empat generator serta empat buah baterai yang masing � masing terdiri dari 120 cell. Komposisi sistem penggerak ini mampu mendorong kapal selam pada kecepatan maksimal 21,5 knot saat menyelam dan 8 knot sat berlayar di permukaan serta berlayar snarting. Bandingkan dengan klas Whiskey yang hanya melaju di kedalaman dengan kecepatan maksimal 13 knot.
Keunggulan teknologi lainnya adalah pilihan aplikasi persenjataan dari torpedo konvensional, advanced torpedo semacam torpedo SUT (Surface and Undersurface Torpedo) yang dapat dikendalikan dari kapal selam melalui kabel serat seperti yang dipasang pada dua kapal selam TNI AL, hingga peluru kendali anti kapal permukaan seperti yang diterapkan pada klas Shisumar AL India. Variasi senjata ini menjadi daya tarik tersendiri pada kapal selam U-209 ini.
Perusahaan HDW menekankan pada kebutuhan pengguna kapal selam produknya. Desain kapal selam U-209 di daerah sub tropis seperti Yunani berbeda dengan kapal selam U-209 yang dioperasikan di perairan tropis. Kapal � kapal selam tropis membutuhkan pendingin udara kabin untuk memberikan kenyamanan pada awak kapalnya, tingginya kadar garam (salinitas) air laut tropis juga memerlukan jenis sonar yang tidak sama dengan sensor bawah air di kawasan sub tropis. Disamping itu perusahaan Jerman ini juga memberikan kebebasan pada customernya untuk memilih persenjataan yang dibutuhkan untuk kapal selam dipesannya. Kiat yang paling penting lainnya adalah memberikan layanan purna jual berupa perbaikan yang dikerjakan di galangan Jerman atau di luar Jerman. Perusahaan ini juga memberikan lisensi pembangunan U-209 kepada galangan � galangan kapal di luar Jerman seperti Mazagon India dan Daewoo Korea.
by. David Rogen
L2G 009 073
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar